Masalah Kesehatan: Stroke Pendarahan Otak

Bahaya Stroke Perdarahan Otak

Dr. Handrawan Nadesul, Dokter umum

Stroke perdarahan otak lebih fatal akibatnya dibanding stroke bukan perdarahan otak. Lebih sering menyerang pria daripada wanita. Mungkin langsung sudah tidak dapat tertolong kendati tindakan medis segera dikerjakan. Adakah penduga kuat, siapa dan kapan stroke perdarahan menimpa seseorang? Kita bicarakan di sini.

Pak Nus, mendadak terjatuh lalu pingsan sewaktu berpidato di mimbar. Baru ketahuan kalau tungkai kanannya lumpuh setelah ia mulai siuman. Ia tak kuasa mengangkat tungkai kanannya. Kesadarannya tampak belum pulih benar, dan seperti mau tidur terus. Dokter yang memeriksa menduga Pak Nus, mengalami stroke perdarahan.

Benar, begitu gambaran hasil CT-Scan yang langsung dilakukan setiba Pak Nus, di rumah sakit. Ada bekuan darah sebesar bola bekel bersarang di bagian tengah otaknya, menekan belahan otak kiri. Hasil pengambilan cairan otak yang menyusul dilakukan, sudah penuh darah.

Setelah itu kesadaran Pak Nus, terus memburuk. Tak ada respon yang timbul sewaktu diajak bicara dan dicubit. Dia nyaris koma.

Untuk kasus seperti itu tak banyak bisa dikerjakan lagi. Pak Nus mengalami perdarahan di daerah thalamus otaknya. Ini daerah vital di bagian tengah otak. CT-Scan yang kedua kali menunjukkan bekuan darah yang sudah lebih membesar, tanda proses perdarahan masih terus berlangsung. Belum sehari, seperti dugaan dokter yang memeriksanya, Pak Nus, memang tak mungkin bisa tertolong lagi.

Kapan terjadi
Kita mengenal ada dua jenis stroke. Stroke sebab sumbatan pembuluh darah otak atau stroke iskemik, dan stroke yang terjadi sebab pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Dua-duanya merusak sel dan bangunan di dalam otak.

Tergantung pada cabang pembuluh darah otak pemasok makanan ke bagian otak mana yang mengalami penyumbatan, kita mengenal gejala dan tanda stroke lebih sepuluh ragamnya. Stroke bukan hanya tampil dengan gejala kelumpuhan belaka seperti dikira banyak orang.

Analog dengan peta bumi demikian kondisi pemetaan fungsi otak kita. Wilayah otak provinsi tentu lebih vital dibanding wilayah otak yang setingkat kabupaten atua kecamatan. Tak lebih vital tentu wilayah desa.

Penyumbatan pembuluh darah otak yang terjadi di wilayah provinsi akan lebih nyata dan berat gejala, serta kecacatan yang disisakannya. Gangguan aliran darah yang terjadi di wilayah kecamatan atau desa, mungkin belum memperlihatkan gejala stroke apa pun (silent stroke). Stroke begini baru ketahuan kalau dilakukan CT-Scan.

Ada kelemahan dan kerentanan tersendiri untuk pembuluh-pembuluh darah otak tertentu dan percabangannya untuk beresiko tersumbat, atau disumbat baik oleh bekuan darah kiriman (dari jantung atau pembuluh darah besar di batang leher), maupun oleh penyempitan pipa pembuluh darah otak sendiri akibat menebalnya “karat” lemak (ateroklerosis). Di wilayah pembuluh darah yang seperti itu sumbatan pembuluh sering terjadi. Gejala stroke iskemik yang muncul ditentukan oleh bagian mana fungsi otak yang terganggu sesuai dengan wilayah kerusakannya.

Begitu juga kerentanan pembuluh-pembuluh darah otak bagian tertentu di dalam otak yang mudah menjadi rapuh, dan kemudian rentan pecah. Pada bagian otak yang dipasok pembuluh darah itulah yang sering mengalami perdarahan.

Kita mengenal ada empat wilayah otak yang pembuluh darahnya sering pecah, sehingga menimbulkan stroke perdarahan. Keempat wilayah itu adalah pembuluh darah di bagian otak putamen, thalamik, pontin dan otak kecil.

Karakteristik pembuluh darah yang rentan pecah itu khas. Biasanya pada bagian pembuluh darah yang menyabang (bifurcatio) yang kerap terjadi perdarahan. Mungkin karena di situ arus darah itu yang berpotensi merusak dinding bagian dalam pembuluh darahnya. Keadaan demikian lazim terjadi pada orang yang pembuluh darahnya sudah dibombardir oleh tekanan darah yang meninggi untuk waktu yang lama.

Pada pengidap darah tinggi yang menahun, pipa pembuluh darah seluruh tubuhnya sudah menjadi abnormal. Termasuk pembuluh darah di otaknya. Lapisan yang membentuk pipa pembuluh darahnya sudah berubah akibat memikul beban tekanan darah yang terus tinggi selama bertahun-tahun. Selain lapisannya rapuh, otot dinding pembuluhnya kaku, mungkin terbentuk pula lapisan abnormal “karat” lemak bila kadar lemak dalam darah juga dibiarkan tinggi (hiperlipidemia).

Tekanan darah yang terus meninggi, merapuhnya dinding pipa pembuluh darah otak, awal dari bencana pecahnya pembuluh darah otak. Kondisi ini diperburuk oleh hadirnya penyakit kencing manis, yang selain memperburuk kadar lemak darah, diabetes ikut menambah rapuh dinding pembuluh darah juga.

Terus melonjak
Stroke perdarahan otak bisa terjadi sewaktu-waktu, dan kapan saja. Paling sering bila dalam kondisi tegang, stres, atau emosi meluap-luap. Kita sering menyaksikan serangan stroke jenis yang ini terjadi saat orang berada di mimbar, selagi rapat, dan okasi-okasi yang menegangkan lainnya. Pada kondisi tersebut, tekanan darah umumnya melonjak secara mendadak.

Tekanan darah yang melonjak dadakan akan menimbulkan beban tambahan pada dinding pembuluh darah otak. Memikul bebas deras dan kerasnya aliran darah di dalam pembuluh darah otak, tidak selalu dapat ditahan oleh pembuluh darah yang sejak awal sudah rentan dan rapuh. Ibarat ban dalam mobil yang sudah aus dan tipis, sekadar sontekan terinjak batu saja pun ban akan pecah juga.

Seperti itu yang terjadi pada stroke perdarahan otak. Dinding pembuluh darah otak, biasanya pada bagian otak tertentu, mendadak retak, koyak, dan akhirnya pecah. Darah merembas memasuki jaringan otak di sekitarnya, lalu membeku membentuk bekuan yang membola.

Semakin besar pipa pembuluh darah otak yang pecah, dan semakin besar koyakan dinding pembuluh darahnya, semakin besar ukuran bekuan darah yang terbentuk. Bekuan di bawah volume 30 cc tergolong kecil, dan lebih besar dari 60 cc tergolong besar.

Selain dari besarnya ukuran bekuan darah yang terbentuk. pragnosis pasien stroke perdarahan juga ditentukan oleh lokasi pecahnya pembuluh darah. Bila terjadi di wilayah otak yang lebih vital, tentu lebih buruk pragnosisnya. Namun, perdarahan otak yang cenderung terjadi ada empat wilayah seperti sudah disebut di atas, semuanya bersifat fatal.

Itu maka, hampir sebagian besar kasus perdarahan otak, dalam hitungan waktu paling lama dua kali 24 jam, biasanya sudah tak mungkin bisa tertolong. Hanya perdarahan di wilayah otak kecil (cerebellum) yang masih ada kemungkinan untuk tertolong, sekalipun dengan menyisakan sejumlah kecacatan.

Besar kecilnya bekuan darah yang terbentuk, ditentukan pula oleh lekas tidaknya upaya menurunkan tekanan darah dilakukan. Selama tekanan darah terus tinggi, darah yang semburat memasuki jaringan otak semakin banyak. Pertolongan pertama harus mengendurkan tekanan darah, selain memberi obat penghenti perdarahan.

Pilihan membedah kepala harus diputuskan bila bekukan darah tergolong besar dan kondisi pasien masih ada harapan untuk hidup. Untuk itu perlu dinilai status kesadarannya. Bila kesadaran pasien secara progresif terus memburuk menuju koma, keputusan pembedahan untuk mengangkat bekuan darah perlu dipertimbangkan ulang karena mungkin akan sia-sia saja.

Perdarahan otak mungkin berlangsung terus, dari menit ke jam. Ini ditunjukkan oleh kesaran pasien yang terus memburuk, dan rentetan hasil pemeriksaan CT-Scan yang dilakukan berulang akan memperlihatkan rangkaian bekuan darah semakin jam terus bertambah besar seperti bola salju.

Perdarahan otak baru terhenti dengan sendirinya bila sudah terbentuk keseimbangan antara tekanan dalam bekuan darah dan tekanan jaringan otak di sekitarnya.

Gejala utamanya lumpuh dan koma
Gejala stroke perdarahan otak dapat dikenali dengan melihat dua gejala utamanya, yakni kelumpuhan yang disertai dengan gejala penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran yang paling dalam muncul sebagai bentuk koma. Pada status ini pasien tidak memberikan respon untuk stimulasi apa pun pada tubuhnya.

Stroke bukan perdarahan atau stroke iskemik umumnya tidak disertai dengan gangguan penurunan kesadaran. Apa pun gejala strokenya, pasien umumnya tetap sadar. Serangan stroke bisa terhadi selagi bergiat, bisa juga sewaktu tidur atau beristirahat.

Sumbatan pada stroke iskemik bisa pada pembuluh darahnya sendiri, bisa juga berasal darai kiriman. Sumbatan kiriman atau emboli terjadi pada saat sedang tidak melakukan aktivitas fisik.

Sumbatan kiriman biasanya berasal dari jantung. Mereka yang mengidap gangguan jantung perlu waspada karena sama beresiko terserang stroke iskemik juga jika ada bekuan darah atau lemak yang terlepas dari jantung atau pembuluh darahnya.

Gejala kelumpuhan tidak harus selalu terjadi. Tergantung di daerah otak bagian mana kerusakan jaringan otak terjadi, gejala stroke mungkin tidak selalu kelumpuhan motorik. Bila perdarahan menimpa otak kecil, gejalanya mungkin lebih pada gangguan berbicara, gerakan bolamata, vertigo tujuh keliling, nyeri kepala hebat, dan muntah-muntah. Mungkin juga tidak sampai pingsan, dan sebagian besar umumnya masih bisa diselamatkan